“ Sekarang papa kok pelupa?” itulah salah satu kalimat yang pernah terdengar di salah satu iklan obat di televisi. Seorang
kepala bagian Produksi di sebuah pabrik tekstil sebut saja Pak
Firmansyah (25) akhir-akhir ini suka lupa akan janji-janjinya atau
perintah yang pernah ia berikan pada bawahannya. Jika bawahannya salah
mengerjakan perintah ia pun marah-marah dan ia bertanya ini atas
perintah siapa padahal dia sendiri yang memberikan instruksi tersebut.
Seorang bapak sebut saja namanya pak Yusuf (56) ia lupa menaruh
kacamatanya sehingga suatu pagi seisi rumah sibuk mencari kacamata si
bapak. Seorang mahasiswa lupa mengerjakan tugas akhirnya yang harus
dikumpulkan pada saat UAS sehingga ia tidak diperkenankan mengikuti UAS
karena tidak membuat tugasnya. Kita tentu pernah berrtemu dengan
seseorang di suatu mall dan dia menyapa kita dan katanya dia adalah
teman SD kita. Tentu kita bingung dan bertanya-tanya benarkah ia teman kita? Seorang
teller bank yang sedang menghitung uang secara manual tiba-tiba lupa
berapa jumlah hitungannya karena ia harus menjawab telepon. Pada waktu
puasa kita suka lupa minum di siang hari padahal kita sedang puasa.
Itulah lupa. Lupa…lupa…lupa….memang hal ini membawa kerugian bagi kita.
Tapi sebagai manusia kita tidak luput dari lupa karena kapasitas otak
kita untuk menyimpan memori pun terbatas. Lalu apakah lupa itu? Lupa
berarti tidak ingat. Lupa sulit diukur atau diteliti (namanya juga:
lupa)
Minat dan Motivasi
Dalam
pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati remaja yang tidak lupa
suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang-orang yang sering
bepergian, mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik
daripada yang tidak pernah kemana-mana. Artinya
disini seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang
disukainya jauh lebih baik dari pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah
minat sangat meningkatkan motivasi dan pada gilirannya akan
meningkatkan daya ingat. Menurut Kurt Lewin (1890-1947), seorang
psikolog jerman, minat dan motivasi berarti konsentrasi energi (forces) pada sektor (region) tertentu dalam kesadaran. Konsentrasi energi inilah yang menyebabkan suatu hal tidak begitu saja dilupakan.
Jejak Ingatan
Disisi lain, manusia tidak bisa memusatkan seluruh energinya kepada semua hal. Ada hal-hal yang pasti terlepas dari perhatian. Wilhelm Wundt (1832-1920), mengatakan bahwa hanya sebagiaan kecil dari persepsi umum (black felt) yang bisa masuk titik perhatian (blick punkt). Ia juga berpendapat bahwa mental itu aktif dan aktivitas mental
itulah yang mengarahkan pusat-pusat perhatian manusia. Hal-hal yang
menjadi pusat perhatian akan mudah dilupakan. Sementara itu, manusia
juga punya kecenderungan untuk merekonstruksi hal-hal yang dilupakan.
Wolfgang
Kohler 91887-1967), seorang tokoh psikologi gestalt di Universitas
Berlin berpendapat bahwa ingatan sangat terkait dengan jejak-jejak
ingatan (memory traces) karena adanya hubungan-hubungan yang sama (iso morphy) anatara obyek di luar dan refleksinya di dalam susunan saraf dan otak.
Metabolisme
otak tidak memungkinkan smeua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan
sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika
orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah
mulai terlupakan sebagian itu, manusia cenderung untuk menyempurnakan
sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan
sendiri detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang
suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah
dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan
saat berceritera, maka makin banyak perubahannya.
Stress dan Latihan
Lupa
juga bisa disebabkan oleh stress. Misalnya orang yang akan ujian
walaupun ia sudah belajar tapi ia stress jadi semua apa yang sudah
dipelajarinya dengan baik terlupa begitu saja. J.B Watson (1878-1958) seorang behavioris, AS menganjurkan latihan berulang-ulang. Suatu prilaku yang terusmenerus diulang, akan diperkuat (reinforced) sedangkan prilaku yang tidak diulang tidak akan mendapat ganjaran (reward) sehingga akirnya akan terjadi penghapusan (extinction) atau lupa.
Faktor Fisiologik
Selain faktor psikologis tadi, lupa bisa juga disebabkan oleh faktor fisiologik (faal). Amnesia, misalnya, sering terjadi pada penderita trauma kepala (anatara lain karena kecelakaan). Orang-orang lanjut usia yang mengalami kemunduran fungsi mental karena usia (dementia senilis), sehingga ia banyak melupakan berbagai hal yang biasanya selalu dia ingat. Mengurangi
lupa fisiologis ini tentunya diperlukan dokter ahli neurologi dan atau
dokter-dokter spesialis lainnya. Namun usaha dari segi psikologi sendiri
juga diperlukan, antara lain dengan cara terus menerus merangsang
ingatan pasien, mengulang-ulang
nama-nama tiap-tiap anggota keluarga dan sebagainya, sehingga mental
pasien tetap terangsang, terlatih, dan termotivasi.
Karena
itu dianjurkan untuk membuat catatan, rekaman, notulasi rapat,
kuitansi, kotrak kerja, dan sebagainya dengan maksud agar kita tidak
terjebak dalam lupa, dengan menghilangnya sebagian dari jejak ingatan
kita. Seperti ceritera di atas, Bapak Firmansyah, bapak Yusuf, seorang
mahasiswa, pegawai bank, dan lain-lainnya.
sumber:http://www.refleksiteraphy.com
0 komentar:
Posting Komentar