KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul”Pencemaran Udara : Hujan Asam”
Dalam
penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa,penulis tidak luput dari
kesalahan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun
demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari
tanpa kerja sama antara guru pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang
memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya makalah ini.
Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak yamg tersebut diatas
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan karya ilmiah ini.
Demikian
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
BAB I
1.1 Pengertian Hujan Asam
Hujan
asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2)
di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis
asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.Hujan asam disebabkan oleh belerang
(sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di
udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen
oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama
air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah
dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Deposisi hujan asam ada dua jenis, yaitu
deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya
benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada
daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik.
Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena
angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini
terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi
basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di
dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan
tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi
karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu
terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out.
Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.Hujan
secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara
yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam
dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam
tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.Hujan pada dasarnya memiliki
tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon
dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosphere sehingga
tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan asam.
1.2
Sejarah Hujan Asam
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal
ini diketahui dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A
General History of the Air“. Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan
asam sebagai “nitrous or salino-sulforus spiris“.Selanjutnya revolusi
industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa penggunaan bahan
bakar batubara dan minyak sebagai sember utama energi untuk mesin-mesin.
Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan
asam yakni gas-gas SO2, Nox dan HCl meningkat. Padahal biasanya
precussor ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus
Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Menchester, sebuah
daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam
pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of Chemical
Technology“.Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi
pada tahun 1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya
hingga mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di
Amerika Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan
Amerika yang rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya,
baik melalui bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.
Pada tahun 1970 US mulai mengontrol emisi SO2 dan
Nox dengan peraturan pemerintah Clean Air Act. Peraturan ini menentukan
standar polutan dari kendaraan bermotor dan industri. Pada tahun 1990 Congress
menyetujui amandemen untuk lebih memperketat kontrol emisi yang menyebabkan
hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu mengurangi pengeluaran SO2
dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US juga merencanakan untuk
mengurangi emisi Nox hingga 5 juta ton pada tahun 2010.
1.2
Sumber dan Pembentukan Hujan Asam
Akhir-akhir
ini cuaca semakin tidak menentu, seringkali terlihat teriknya matahari dan
tiba-tiba mendung lalu turun hal ini dapat terjadi karena adanya hujam asam,Hujan
asam ini dapat terbentuk akibat dari proses reaksi gas yang mengandung sulfat.
Sulfat dioksida (SO2) yang bereaksi dengan Oksigen (O2) dengan
bantuan dari sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Proses ini
akan menghasilkan sulfat trioksida (SO3) yang menyatu setelah reaksi
tersebut, yakni melalui air laut yang naik ke udara dengan tujuan menghasilkan
asam sulfida (H2SO4), proses ini kemudian menyatu dengan
gas yang terdapat di udaraseperti amonia yang menghasilkan susunan partikel
baru yaitu asam sulfat amonia.
Lehr
et. Al ( 2005) membagi 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan
asam yaitu sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx)
dan volatile organic compounds (VOCs) atau zat-zat organic yang mudah menguap.
Sumber dari kandungan sulfur alami diudara sebagian besar sekitar 25 sampai 30%
berasal dari letusan gunungapi seperti di El Chichon tahun 1982 atau Gunung
Pinatubo pada tahun 1991. Hidrokarbon juga dapat menyebabkan hujan asam,
asam karboksilik, HCOO, dan asam metilkarboksilik, CH3CO, merupakan
hasil dari oksidasi emisi biota laut maupun darat. Selain secara alami gas
sulfur juga berasal dari pembakaran batubara, dan berasal dari emisi industri
Nitrogen
oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi,
sumber dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas
stratosfer-troposfer, dan pembakaran biomassa. NO merupakan hasil
pembakaran bahan bakar hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari
biomassa. besarnya oksida nitrogen yang dilepaskan antara 20-90 juta ton
tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton diantaranya berasal dari
aktivitas manusia Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk. Sumber-sumber pencemar
ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan bermotor dan stasiun
pembangkit energy) dan pembakaran biomassa (Tjasyono, 2004). Produksi N2O
(termasuk CO2, HNO3, dan CH4) dapat
menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah kaca dimana N2O memiliki masa tinggal
lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum terurai (Crutzen, 1987 dalam Lehr et.
Al ( 2005).
Pembentukan
Hujan asam sendiri terdiri dari berbagai macam ion baik anion maupun kation.
Kondisi keseimbangan ionnya adalah
[H] + [Nat] + [Na4] +
2[Ca2] = 2[SO421 + 2[S032] + [NOfl + [C1] +
[OH] + [HCO3] + 2[CO32]
Dan reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan
asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi
cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti
dibawah ini.
1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan radikal
hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2
+ OH → HSO3
HSO3 + O2 → HO2
+ SO3
SO3 + H2O
→ H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat
Nitrogen monoksida (NO) maka radikan hidroperoksil (HO2) yang
terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:
NO + HO2
→ NO2 + OH
Pada
reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO
diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin
banyak SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang
terbentuk.
2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)
Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik
antara gas Nitrogen dioksida dengan radikal hidroksil.
NO2
+ OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen
dioksida dengan ozon
NO2
+ O3 → NO3 + O2
NO2
+ NO3 → N2O5
N2O5
+ H2O → HNO3
Didaerah
peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada tanahnya mengingat
kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung
urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia
yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat. Disisi
lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk ammonia hingga
memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.HNO3 sangat asam dan
larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam keras dan reaktif
terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab itu,
presipitasinya akan merusak tanaman terutama daun (Manahan, 1994 dalam
Rahmawaty, 2002).
3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di
lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon (CFC)
dan radikal oksigen O*
CFC +
hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi
diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan
ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya
berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen
Asam Chlorida.Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida
dan nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan
bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya
oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga
2,4 (tingkat keasaman cuka). Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi
polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan
lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi
sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena
tingginya curah hujan di sini.
3 Dampak Hujan Asam Terhadap
Kehidupan Manusia dan Lingkungan
Terjadinya hujan asam harus
diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu
keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan
biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
a)Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
b) Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam
adalah efek terhadap tanah. Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian
mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang merupakan yamg merupakan
mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mineral tersebut
digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru menghambat pertumbuhan akar
dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan
air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem
transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman)
menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon spruce dan beech mencapai
umur lebih dari 30 – 40 tahun.
c) Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam
dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi
menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan
serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang
bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.Hujan asam yang larut
bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum
pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia
beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga
apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan
mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan
dan mati.
d) Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap
kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan
langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan
yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan
seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi.
Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif
lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa
ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi
manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air
tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam
ditemukan di tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan
banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan
hujan asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York
Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in
New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
hujan asam.
e)Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008)
mengungkapkan beberapa dampak dari deposisi asam ini sangat luas yakni terhadap
makhluk hidup, vegetasi dan struktur bangunan seperti pada Tabel dibawah ini :
Dampak
Deposisi Asam
Dampak
terhadap
|
Keterangan
|
Makhluk
Hidup
|
|
Vegetasi
|
|
Stuktur
Bangunan
|
|
1.3 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan
Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi
asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemaran,
menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat
pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan
kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar
bervariasi. Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan
tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan
menggunakan bahan bakar non-belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan, misalnya metanol, etanol dan hidrogen.
b) Pengendalian Pencemaran
Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi
emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Salah
satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Selain
itu, bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alat ini
mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-95 %
c) Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi
dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah fle
gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan menggunakan amonia
sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan
sebagi pupuk.
d) Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse,
Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan
landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan
kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang
dihasilkan dapat dikurangi.
e) Untuk mengurangi dampak buruk
yang muncul dari hujan asam terhadap tanah ataupun danau dapat dilakukan dengan
menambahkan zat kapur kedalam tanah atau kedalam danau. Penambahan kapur
kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan sifat asam.
f) Melakukan Reboisasi atau
penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi dan rehabilitasi lahan akan
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama dalam
aspek:
- Fungsi hidrologi
- Fungsi perlindungan tanah
- Stabilitas iklim mikro
- Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
- Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen
- Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
- Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
- Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
- Menciptakan kesempatan kerja
- Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.
Pada tahun 1970 Amerika mulai
mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan peraturan pemerintah.
Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan industri.
Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih memperketat kontrol
emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu mengurangi
pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US
juga merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada tahun 2010.
BAB II
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Pada dasarnya Hujan asam
disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen
oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan, Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh, korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan, Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh, korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
Usaha untuk mengendalikan deposisi
asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemae,
menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat
pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
2.2 Saran
Saran kami
adalah agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum,
untuk bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan
upaya penurunan polusi udara agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik
dan seksama. Dengan penurunan polusi udara, diharapkan akan mampu mencegah
terjadinya hujan asam yang membawa akibat buruk tidak hanya erhadap lingkungan
namun terhadap kelangsungan hidup manusia.
Daftar Pustaka
2 komentar:
kakak kok gx bisa di copy sih.?
Terima kasih infonya
Jangan lupa kunjungi
https://ppns.ac.id/ dan
https://selinganhidup.wordpress.com
Posting Komentar